Selasa, 06 Mei 2014

Diagnostik Kesulitan Belajar dan Remedial Teaching

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar  Belakang
Pendidikan merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pendidikan secara definitif adalah memanusiakan manusia yang didalamnya memuat kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik yang meliputi transfer materi pembelajaran dan pengalaman yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri.
Dalam proses belajar mengajar tersebut yang menjadi objeknya adalah siswa atau peserta didik. Proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan bertujuan untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan siswanya sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut agar tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Terlepas dari itu semua, untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan tersebut maka diperlukan suatu sistem bimbingan belajar untuk mengatasi setiap permasalahan yang menjadi sebuah kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut, dan untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa tersebut yaitu dengan mendiagnostik kesulitan yang dialami siswa serta melaksanakan remedial teaching kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari uraian di atas, maka penyusun  menuangkan hal tersebut dalam makalah ini, namun dalam batasan mengenai “Langkah-langkah operasional diagnostik dan remedial kesulitan belajar siswa”.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapatdirumuskan sebagai berikut :
a.       Apa pengertian diagnostik kesulitan belajar?
b.      Apa pengetian kesulitan belajar?
c.       Apa pengertian remedial kesulitan belajar?
d.      Apa saja langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar?
e.       Apa saja langkah-langkah remedial kesulitan belajar?

1.3  Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi, menemukan dan menganalisis satu bahasan mengenai diagnostik dan remedial kesulitan belajar.
1.4  Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya yaitu :
a.      Bagi penulis
Sebagai calon guru yang akan membimbing peserta didik, agar mengetahui siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar dan agar bisa mengatasai permasalahan yang menjadi kesulitan siswa dalam proses pembelajaran.
b.      Bagi pembaca
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para pembaca untuk menciptakan karya tulis yang lebih baik dan bermanfaat khususnya di bidang pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar
Menurut Abin (2003:309), diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Melalui adanya diagnostik terhadap permasalahan siswa terutama yang berkaitan dengan proses belajar siswa dilingkungan pendidikan, maka seorang pendidik ataupun pihak-pihak yang bersangkutan dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut, dapat mengupayakan adanya pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada siswa tersebut agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga siswa dapat mencapai hasil yang diharapkan serta dapat mencapai tugas perkembangannya dengan baik.
Sedangkan menurut Thorndike dan Hagen (Abin, 2003:307), diagnostik dapat diartikan sebagai:
a.       Upaya atau  proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya (symptons);
b.      Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c.       Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian itu tersimpul secara implisit konsep prognosis. Pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidetifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemugkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Dilihat dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan  diagnostik kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan masalah kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan untuk pemecahan masalahnya.
2.2  Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dialami siswa dapat dilihat dari adanya kegagalan siswa dalam mengikuti proses belajar, dalam mencapai hasil belajar itu sendiri. Menurut Burton dalam Abin (2003), kegagalan didefinisikan sebagai:
a.       Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion reverenced).
b.      Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: inteligensi, bakat).
c.       Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian social sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok social dan usia yang bersangkutan (norm-reverenced).
d.      Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pengajaran berikutnya.
Selanjutnya Abin menyimpulkan bahwa “seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu”. Hal tersebut berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakansuatu kondisi dimana terdapat suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan hasil yang diperoleh ditandai oleh adanya hambatan tertentu.
2.3  Langkah langkah Operasional Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa
Untuk dapat memahami dimana letak kesulitan belajar siswa maka terlebih dahulu seorang pendidik atau konselor harus mengetahui langkah – langkah mendiagnostik kesulitan belajar siswa tersebut. Berikut ini terdapat beberapa langkah operasional diagnostic kesulitan belajar siswa.
1.      Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Tahapan-tahapan diagnosis (the level of diagnosis)
a.       Who are the pupils having trouble?
b.      Where are the errors located?
c.       Why are the errors occur?
d.      What remedies are suggested?
e.       How can errors be prevented?
 








Teknik dan instrument yang digunakan dalam diagnosis menurut Burton dalam Abin (2003:310) adalah sebagai berikut:
1.      General diagnosi, menggunakan tes baku untuk menemukan siswa yang mengalami kelemahan tertentu.
2.      Analysistic diagnostic, menggunakan tes diagnostic untuk mengetahui letak kelemahannya.
3.      Psychological diagnosis, teknik-teknik yag digunakan antara lain:
a.       Observasi
b.      Analisis karya tulis
c.       Analisis proses dan respon lisan
d.      Analisis berbagai catatan objektif
e.       Wawancara
f.       Pendekatan laboratories dan klinis
g.      Studi kasus
Langkah-langkah diagnosis yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami apa saja karakteristik dan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan.
Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan diagnosis hampir sama dengan layanan bimbingan belajar perbedaan pokoknya terlihat pada hasil akhir bimbingan berupa perubahan pada diri siswa setelah dilakukan bimbingan sedangkan pada diagnostik hasil akhirnya adalah pencapaian pada rekomendasi untuk menentukan tindakan penyembuhan yang akan dilakukan.
2.      Identifikasi Kasus Kesulitan Belajar
Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa yang harus dipahami.
1)      Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Seorang siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat melalui hasil ujian yang telah dikerjakan, kita dapat dilakukan dengan memberikan batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) atau passing grade dari suatu kelompok atau kelas kemudian setelah dilakukan tes ujian dan hasil nilai telah dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan acuan criterion-referenced atau criterion norm-referenced (PAP atau PAN), dapat dicatat kelompok maupun individu-individu yang belum bisa mencapai batas minimum kelulusan yang dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Ketika menggunakan penilaian PAP dengan asumsi soal yang diberikan telah ada pengembangannya sengan memenuhi syarat, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
a.       Menetapkan angka kualifikas misalnya 5,5; 6 atau 7 sebagai batas lulus, atau jumlah kesalahan minimal dengan ketentuan tergantung pada guru yang bersangkutan;
b.      Bandingkan nilai setiap siswa dengan batas lulusan minimal yang telah ditetapkan dan catat siswa-siswa yang nilainya dibawah angka kelulusan, siswa-siswa tersebut dapat dipastikan sebagai siswa yang memiliki kesulitan belajar;
c.       Himpun siswa-siswa yang nilainya berada dibawah angka lulus, kemungkinan bisa sebagai kelompok mayoritas, seimbang maupun minoritas;
d.      Membuat ranking ketika akan mengadakan prioritas layanan dengan menyelisihkan nilai prestasi setiap siswa dengan angka kelulusan kemudian mengurutkan dari siswa yang memiliki selisih paling besar (kesalahan paling banyak).
Dari langkah tersebut diatas dapat kita tandai:
a)      Kelas atau kelompok sebagai kasus, penelitian dapat menunjukan ternyata mayoritas kelas atau kelompok tersebut nilai prestasinya dibawah batas lulus;
b)      Individu-individu siswa sebagai kasus, bahwasanya hanya sebagian kecil (minoritas) dari kelas atau kelompok yang nilainya dibawah kelulusan dan perlu adanya prioritas bimbingan berdasarkan hasil ranking.
Dari proses penandaan diatas maka akan dapat dengan mudah diketahui kelas. Kelompok atau individu mana yang belum memenuhi apa yang telah ditetapkan sehingga perlu adanya bimbingan belajar.
Berbeda halnya ketika pengukuran didasarkan pada criterion norm-referenced, maka nilai prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran pembanding bagi setiap prestasi individu. Lengkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan formula tertentu (nilai berbobot keseluruhan dibagi dengan banyaknya jumlah anggota atau populasi kelas);
b.      Menandai siswa-siswa dengan nilai dibawah rata-rata;
c.       Membuat ranking siswa berdasarkan selisih nilai terhadap nilai rata-rata kelasnya.
            Langkah diatas akan dijadikan acuan dalam memberikan layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa serta dapat juga dijadikan sebagai pembanding antara nilai rata-rata kelas yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah mendeteksi kesulitan belajar siswa dapat pula kita amati berdasarkan catatan-catatan selama proses kegiatan belajar mengajar dengan beberapa catatan tentang (1) cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); (2) ketekunan dalam mengikuti pelajaran (kehadiran); (3) partisipasi dalam tugas kelompok; (4) kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya. Secara lebih lanjut penjelasan tentang catatan proses belajar siswa adalah sebagai berikut:
a.       Penggunaan catatan waktu belajar efektif, berkaitan dengan hal ini lembaga-lembaga pendidikan tertentu, guru tertentu dan untuk bidang studi tertentu sudah mulai ditetapkan waktu belajar efektif dengan alokasi waktu tertentu (misal 40-50 menit tiap mata pelajaran). Dengan ketentuan waktu belajar efektif tersebut dapat diperoleh catatan tentang siapa saja individu atau kelompok yang biasa terlambat dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya sehingga dapat diidentikkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar sehingga perlu diadakan bimbingan bagi siswa tersebut.
b.      Penggunaan catatan kehadiran dan ketidak-hadiran, melalui catatan ini siswa-siswa yang didapati memiliki angka ketidak-hadiran tinggi (dapat juga diranking) dapat diduga mengalami kesulitan belajar (jika tingkat kehadiran dipehitungkan dalam penilaian).
c.       Penggunaan catatan atau bagan partisipasi (participation chart), melalui bidang studi tertentu yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, misalnya menjawab pertanyaan, memberikan sanggahan atas jawaban teman dan sebagainya. Dengan kualifikasi tertentu, kita akan mendapat gambaran berapa banyak aktivitas atau kontribusi setiap siswa dalam kelasnya. Kita dapat menandai mana siswa yang aktif, akomodatif dan pasif.
d.      Penggunaan catatan dan bagan sosiometrik, dalam kondisi tertentu siswa dituntut untuk dapat bekerjasama dan bisa saling menerima, saling percaya, dan saling menyenangi sesama anggota dan juga pemimpinnya. Dari keadaan ini dapat diperoleh gambaran tentang mana siswa yang banyak disenangi, dipilih oleh teman-temannya dan mana yang tidak memilih atau dipilih dan mana yang paling terisolasi.

2)      Melokalisasikan dimana Letak Kesuliatan
Setelah menemukan kelas, kelompok atau individu-individu yang diduga mengalami kesulitan, langkah selanjutnya adalah menelaah hal-hal sebagai berikut:
a.       Dalam mata pelajaran apa kesulitan itu terjadi?
b.      Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu terjadi?
c.       Pada bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
d.      Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?
a)      Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, dalam hal menganalisis mata pelajaran apa yang menjadi letak siswa mengalami kesulitan, kesulitan dapat dilihat ketika dalam mata pelajaran tertentu, kelompok maupun individu memperoleh hasil yang lebih rendah disbanding dengan mata pelajaran - mata pelajaran yang lainnya.
b)      Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi, setiap bidang studi atau mata pelajaran tentunya memiliki ruang lingkup bahasan/materi yang berbeda-beda sehingga tingkat kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi satu mata pelajaran berbeda dengan kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi dalam mata pelajaran yang lainnya. Kesulitan siswa dapat dilihat pada bagian mana kebanyakan siswa mengalami kesalahan dan kegagalan dalam menjawab soal yang diberikan pada mata pelajaran tertentu.
c)      Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar, catatan tentang keterlambatan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya, catatan ketidakhadiran, kurang penyesuaian social, serta kekurangaktifannya dalam proses belajar mengajar telah dapat menjelaskan posisi dari kasus yang bersangkutan. 

3)      Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Loree dalam Abin (2003:323),  bahwa proses belajar mengajar dipengaruhi oleh tiga variable berikut:

1.      Stimulus atau learning variables,
a.    Learning experience variable, meliputi:
1)      Method variables, meliputi
a)      Kuat lemahnya motivasi untuk belajar;
b)      Intensif tidaknya bimbingan belajar guru;
c)      Ada tidaknya kesempatan berlatih atau berpraktik;
d)     Ada tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement.
2)      Task Variable, meliputi:
a)      Menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan;
b)      Bermakna tidaknya (meaningfulness) apa yang dipelajari dan dilakukan;
c)      Sesuai tidaknya; panjang atau luasnya serta tigkat kesukaran apa yang harus dipelajari dan dikerjakan.
b.   Environmental variables, iklim belajar yang bergantung pada:
a)      Tersedia tidaknya tempat atau ruangan yang memadai;
b)      Cukup tidaknya waktu, serta tepat tidaknya penggunaan waktu;
c)      Tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai;
d)     Harmonis tidaknya hubungan manusiawi dilingkungan sekolah, rumah maupun lingkugan masyarakat.
2.      Organismic variables, mencakup:
a.       Characteristic of the learners, antara lain tingkat intelijensi, usia dan taraf kematangan, jenis kelamin, kesiapan dan kematangan untuk belajar. Kelemahan-kelamahan umumnya sering disebabkan:
1)      Kurangnya keterampilan dan kemampuan kognitif;
2)      Terbatasnya kemampuan, menghimpun, dan mengintegrasikan informasi,
3)      Kurang gairahnya belajar karena kurang jelasnya tujuan/ inspirasi.
b.      Mediating Processes, kondisi yang lazim ada seperti inteligensi, persepsi, motivasi, dorongan, lapar, takut, cemas, kesiapan konflik, tekanan batin, dan sebagainya.
3.      Response variables, pengelompokan berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan:
a.       Tujuan-tujuan kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan, pemecahan masalah;
b.      Tujuan-tujuan afektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi;
c.       Tujuan-tujuan pola-pola bertindak, antara lain:
1)      Keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, kegiatan pendidikan jasmani atau olahraga, melukis, dan sebagainya;
2)      Kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dan sebagainya;
3)      Kebiasaan-kebiasaan berupa kebiasaan hidup sehat, keamanan, kebersihan, keberanian, disertai kesopanan ketegasan, ketekunan, kejujuran, kerapian, keserasian, dan sebagainya.
Menurut Burton  (Abin, 2003:325) , ia mengelompokkannya secara sederhana ke dalam dua kategori, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri siswa dan di luar diri siswa.
a.       Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain:
1.      Kelemahan secara fisik, seperti :
a)      Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit sehingga sering membawa gangguan emosional;
b)      Pancaindra mungkin berkembang kurang sempurna atau sakit sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif;
c)      Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan perilaku;
d)     Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-anggota badan sering pula membawa ketidakstabilan mental dan emosional;
e)      Penyakit menahun menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
2.      Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain:
a)      Kelemahan mental
b)      Tampaknya seperti kelemahan mental tetapi sebenarnya kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, kurang menguasai keterampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar.
3.      Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain :
a)      Terdapat rasa tidak aman
b)      Penyesuaian yang salah
c)      Tercekam, merasa fobia
d)     Ketidakmatangan
4.      Kelemahan-kelamahan yang disebabkan oleh kebiasaan atau sikap yang salah antara lain :
a)      Tidak menentu dan kurang menaruh minat
b)      Banyak melakukan aktifitas yang bertentangan dengan sekolah
c)      Kurang berani dan gagal untuk memusatkan perhatian
d)     Malas
e)      Sering bolos
f)       Nervous
5.      Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan, seperti :
a)      Ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi
b)      Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah
b.      Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara lain:
1.      Kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu.
2.      Ketidaksesuaian standar administratif, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar, dan sebagainya.
3.      Terlalu berat beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru).
4.      Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan diluar, dan sebagainya.
5.      Terlalu sering pindah sekolah atau program, atau tinggal kelas.
6.      Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (dasar/asal) sebelumnya.
7.      Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga.
8.      Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstra-kulikuler.
9.      Kekurangan makanan bergizi dan sebagainya.
Bruner dan Bruner (1972) melakukan studi terhadap masalah putus sekolah atau drop outs di Indonesia ia menemukan kelemahan-kelemahan kultural yang fundamental antara lain:
1.      Pandangan masyarakat (orang tua) yang salah terhadap pendidikan
2.      Falsafah hidup yang cepat puas, tidak memiliki motif berprestasi
3.      Tradisi hidup sosial dan ekonomi yang terbelakang
Cara yang dapat kita tempuh untuk menghimpun berbagai informasi guna menemukan sumber kelemahan belajar itu secara definitif dapat kita gunakan bermacam-macam jalan anatar lain:
1.      Untuk membuktikan kelemahan itu bersumber pada kelemahan kemampuan dasar belajar (intelegensi atau bakat) cara yang paling tepat ialah:
a.       Tes intelegensi
b.      Tes bakat
c.       Analisis atas catatan hasil prestasi secara historis atau komparatif
2.      Untuk membuktikan kelemahan yang ternyata bukan bersifat potensial, dapat dipergunakan pula teknik pendekatan, antara lain:
a.       Inventori
b.      Skala sikap
c.       Observasi yang terarah
d.      Analisis respon siswa
e.       Analisis hasil pekerjaan tertulis
3.      Untuk mendapatkan data dan informasi lainnya yang berkaitan dengan segi kesehatan fisik atau psikisnya, latar belakang keluarga, penyesuaian sosial, dan sebagainya tentu guru dapat mengerjakan kerjasama dengan wali kelas, guru pembimbing (konselor, dokter dsb) sehingga kesimpulan dan tafsiran dapat kita tarik lebih lengkap dan meyakinkan baik bagi siswa maupun bagi orang tuanya atau pihak berkepentingan lainnya.

4)      Mengambil Kesimpulan Dan Membuat Rekomendasi Pemecahannya
Dalam mengambil kesimpulan tidak semua siswa sama kasus dan permasalahannya maka dari itu di kelompokan dulu baik itu kasus individu ataupun kasus kelompok.
a.       Kasus kelompok
1.      Kesimpulan (Tentatif)
a)      Kasus dan permasalahannya
Jika mayoritas siswa tidak dapat mencapai nilai batas lulus dapat disimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan mengalami kasus kesulitan belajar atau rata-rata nilai prestasi kelas tersebut dibandingkan kelas lain yang setaraf menunjukan perbedaan yang berarti kelas tersebut patut diduga sebagai kasus yang mengalami kesulitan belajar.
Jika ternyata kasus tersebut terjadi pada banyak bidang studi dapat diduga bahwa letak kelemahannya bersifat integral atau menyeluruh menyangkut keseluruhan aspek kurikulum dan sistem pengajaran dan pengelolaan di kelas atau sekolah yang bersangkutan tetapi kalau kelemahan itu hanya terjadi pada satu atau bidang studi tertentu, kelemahan itu dapat dilokalisasi secara metodologis kepada sistem instruksional yang digunakan oleh guru yang bersangkutan.
b)      Sumber dan faktor penyebab kesulitan
Ada beberapa alternatif kesimpulan sebagai berikut:
1)      Kurikulum sebagai faktor kesulitan belajar
2)      Sistem pengajaran sebagai penyebab kesulitan belajar
3)      Sistem evaluasi sebagai penyebab kesulitan belajar
4)      Keterbatasan guru sebagai penyebab kesulitan belajar
5)      Faktor organismik dalam diri siswa sendiri sebagai penyebab kesulitan belajar
2.      Perkiraan estimasi dan sasaran kemungkinan cara pemecahannya
a)      Kemungkinan dapat tidaknya kesulitan itu dapat diatasi dua hal yang amat penting dan dipertimbangkan yaitu:
1)      Jenis dan sumber penyebab masalahnya
2)      Karakteristik berat ringannya masalah
b)      Memperhatikan alternatif kesimpulan bahwa kalau kesulitan belajar itu dialami oleh mayoritas siswa atau kelas secara keseluruhan, penyebabnya bermula datang dari luar diri siswa meskipun pada akhirnya bersifat organismik pada diri siswa sendiri yang terbentuk oleh faktor eksternal tersebut.
c)      Beberapa kemungkinan dapat diatasi sangat bergantung pada berapa banyak dan berapa dalam sifat dan jenis permasalahan
1)      Kalau kelemahannya bersifat menyeluruh akan memerlukan usaha pemecahan yang integral dalam waktu yang cukup lama
2)      Tetapi kalau kelemahannya hanya pada satu bidang studi saja pemecahannya mungkin hanya bersifat didaktis dalam waktu yang terbatas atau singkat.
b.      Kasus Individual
1.      Kesimpulan (Tentatif)
a)      Kasus dengan permasalahannya
Sebagian kecil minoritas dari siswa yang angka prestasinya tidak memadai batas lulus dan atau lebih kecil dari rata-rata nilai prestasi kelas atau kelompoknya dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut hanya bersifat individual.
Permasalahannya pun dapat disimpulkan lebih lanjut baik itu bersifat menyeluruh, segmental atau sektoral, serta personal.
b)      Sumber dan faktor-faktor penyebabnya
1)      Faktor-faktor organistik dalam diri siswa yang menjadi penyebab kesulitan belajar, antara lain : (a) kapasitas belajar atau tingkat kecerdasan umum siswa yang bersangkutan diduga amat terbatas atau rendah. (b) kapasitas belajar atau bakat khususnya dapat diduga tak sesuai atau rendah.
2)      Sukar mengubah dan sukar menyadarkan diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai misalnya, memulai kesalahan dalam bidang studi tertentu.
3)      Sikap kurang positif atau negatif, minat motivasi kurang kuat, penilaian rendah atau menganggap sepele terhadap bidang studi tertentu.
4)      Belum matang untuk mengikuti pelajaran pada tingkat atau kelas tertentu.
5)      Belum menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar sebagi persyaratan untuk mengikuti pelajaran atau tingkat pendidikan tertentu (mungkin karena transfer atau jalur pendidikan yang berbeda).
6)      Faktor-faktor diluar diri siswa sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.
2.      Perkiraan kemungkinan dan cara mengatasinya
a)      Perkiraan kemungkinan mengatasinya
1)      Kalau kelemahan itu bersumber pada faktor hereditas atau tingkat kecerdasan atau intelegensi dan bakat yang dapat dilakukan ialah penyaluran atau penjurusan sesuai dengan tingkat kecerdasan atau jenis bakatnya.
2)      Kalau kelemahannya bersumber pada organismik lainnya seperti sikap, kebiasaan, minat, atau motivasi belajar tertentu masih ada kemungkianan mengatasinya walau memerlukan waktu yang cukup lama.
3)      Kalau kelemahannya ternyata terletak pada luar siswa dapat diperkirakan bahwa kelemahan itu akan mungkin diatasi cepat atau lambat tergantung pada kondisi.
b)      Kemungkinan cara mengatasinya
1)      Kalau kelemahannya fatal jalan yang terbaik adalah menyalurkan siswa kepada program yang lebih sesuai dengan tingkat kecerdasan dan jenis bakatnya.
2)      Sikap minat dan motivasi akan dapat diubah dengan jalan menciptakan, menggunakan strategi yang inovatif.
3)      Kebiasaan juga dapat diubah dengan jalan mengadakan konditioning dan drill.
4)      Kalau sifat kelemahan itu terletak sumbernya diluar diri siswa, kiranya dapat ditempuh cara pemecahan yang telah dipaparkan sebelumnya.
c.       Rekomendasi bagi pelaksanaan pemecahannya
Setelah mengidentifikasi alternatif kemungkinan pemecahan selanjutnya membuat rekomendasi alternatif tindakan yang akan ditempuh untuk melaksanakan pemecahannya.
Rekomendasi mungkin ditunjukan pada guru bidang studi yang bersangkutan, kalau ternyata dari analisis menghasilkan kesimpulan bahwa alternatif pemecahan itu lebih bersifat remedial teaching sedangkan kalau masalah dan alternatif pemecahannya disarankan lebih bersifat konseling atau psikoterapi atau medical treatment maka tugas guru hanya membuat referral. Baik dalam rekomendasi atau referral seharusnya tercantum secara lengkap singkat hal-hal sebagai berikut:
1)      Deskripsi singkat identitas kasus
2)      Deskripsi singkat disertai data informasi yang selengkap dan seakurat mungkin tentang jenis dan sifat permasalahan
3)      Deskripsi singkat hasil diagnosis atau sumber dan faktor yang menyebabkan.
4)      Hasil kesimpulan, serta alternatif tindakan yang disarankan untuk mengatasinya
5)      Hal-hal lain yang dianggap sangat penting bagi pemecahannya
Jika guru merasa ragu-ragu untuk mengambil kesimpulan atau keputusan maka sebaiknya mengusahakan terselenggaranya suatu konferensi kasus.

2.4  Remedial Kesulitan Belajar Siswa
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostic kesulitan belajar mengajar.
Berikut ini terdapat beberapa langkah pendeskripsian fungsi, tujuan/sasaran, dan kegiatan remedial kesulitan belajar sebagai berikut.
1.       Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena merupakan landasan utama langkah – langkah kegiatan berikutnya. Sasaran pokok langkah ini ialah:
a.       Diferennya gambaran yang lebih definitive mengenai karakteristik kasus serta permasalahannya
b.      Diperolehnya gambaran lebih defintif mengenai fasibilitas alternative tindakan remedial yang direkomendasikan
Berdasarkan hasil telaahan diatas duharapkan terjawab pertanyaan berikut
a)      Siapa kasus yang perlu ditangani itu?
b)      Seberapa jauh tingkat kelemahaannya secara umum dipandang dari segi kriteria yang diharapkan?
c)      Dimanakah letak kelamahaannya dipanadang dari ruang lingkup dan urutan bidang yang bersangkutan?
d)     Pada tungkat dan kawasan hasil belajar manakah kasus itu mengalami kelemahan dipandang dari tujuan-tujuan pendidikan?
e)      Faktor manakah merupakan penyebab utama dipandang dari segi siswa yang bersangkutan?
f)       Faktor manakah yang mungkin menjadi penyebab utama dari kompnen instrumental input (sarana penunjang) PBM yang bersangkutan?
g)      Faktor manakah yang terdapat dalam lingkungan yang diduga merupakan sumber utama kesulitan?
h)      Apakah komponen output ikut juga salah satu sebab kesulitan belajar?
i)        Apakah perkiraan tentang kemungkinan penangannya cukup teliti dan beralasan?
j)        Apakah alternative yang direkomendasikan?

2.      Menentukan alternative pilihan tindakan
Langkah ini merupakan lanjutan logis dari langkah pertama. Dari hasil penelaahan yang kita lakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu :
a)      Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan dibawah ini :
1.      Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola/strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien.
2.      Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola/strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien itu, juga dihadapkan kepada hambatan – hambatan ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungannya.
3.      Kasus yang bersangkutan disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan menemukan dan mengembangkan pola – pola strategi namun terhambat oleh ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis dan faktor instrumental-enviromental lainnya.
b)      Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis jika :
1.      Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial), misalnya kalau kasusnya termasuk kategori yang pertama.
2.      Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan BK/psikoterapi) sebelum lanjut ke langkah ke 4 jika kasusnya termasuk kategori kedua atau ketiga.

3.      Layanan bimbingan dan konseling / psikoterapi
Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial. Sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar realistis.
Diantara sekian banyak masalah kesulitan penyesuaian, yang masih dapat ditangani para guru pada umunnya antara lain :
a)      kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar.
b)      Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negative terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar.
c)      Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah.
d)     Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi objektif keragaman pribadinya dengan kondisi objektif instrumental input dan lingkungannya.

4.      Melaksanakan pengajaran remedial
Dengan terciptanya prakondisi seperti yang telah dijelaskan diatas langkah keempat yang harus dilaksanakan adalah pengajarab remedial. Sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini ialah tercapainya peningkatan prestasi atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
5.      Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
Dengan selesainya dilakukan pengajaran remedial maka dideteksi ada atau tidaknya perubahan pada diri kasus. Oleh karena itu diadakan pengukuran kembali, hasilnya akan memberikan informasi seberapa jauh atau seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif.
6.      Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
Pada akhirnya hasil pengukuran harus ditafsirkan dan ditimbang kembali dengan mempergunakan cara dan kriteria untuk kegiatan belajar. Hasil penafsiran dan pertimbangan ini akan membawa tiga kemungkinan kesimpulan :
a)      Kasus menunjukan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya dengan mencapai kriteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan.
b)      Kasus menunjukan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya namun masih belum sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan minimum yang diharapkan.
c)      Kasus belum menunjukan perubahan yang berarti, baik dalam segi prestasinya maupun dalam kemampuan penyesuaian dirinya.

7.      Remedial pengayaan dan atau pengukuran (tambahan)
Seperti halnya langkah ketiga, langkah ini pun bersifat pilihan yang kondisional. Ada atau tidaknya kesempatan pada pihak guru dan siswa daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan










BAB III
PENGAYAAN
3.1    Pengertian Diagnostik dan  Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Dari pengertian kesulitan belajar di atas jelaslah bahwa salah satu hal yang bisa dijadikan kriteria untuk menentukan apakah seseorang mengalami kesulitan belajar adalah sampai sejauh mana ia terhambat dalam mencapai tujuan belajar.
            Sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tujuan belajar mempunyai tingkta-tingkat tertentu yang harus dicapai dalam periode (waktu) tertentu pula. Karena itu, untuk menentukan apakah seoeang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak, diperlukan suatu tindakan khusus yang disebut diagnosis kesulitan belajar.
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan apakah seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak dengan cara melihat indikasi-indikasi sebagai berikut.
1.      Nilai mata pelajaran di bawah sedang. Indikasi ini merupakan paling mudah dilihat dan paling umum dipakai oleh siswa atau mahasiswa, pengajar dan orang tua. Jika seorang siswa atau mahasiswa sering mendapat nilai di bawah C (cukup), dapatlah dikatakan bahwa siswa atau mahasiswa tersebut mengalami kesulitan belajar.
2.      Nilai yang diperoleh siswa atau mahasiswa sering dibawah nilai rata-rata kelas. Indikasi ini dapat juga menunjukkan bahwa seorang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar. Indikasi ini sebenarnya tidak berlaku mutlak. Di sekolah-sekolah favorit tempat berkumpul siswa-siswa pandai, mungkin saja nilai rata-rata kelas mencapai nilai 6,7. Siswa yang mendapat nilai 6,4 belum bisa dipastikan mengalami kesulitan belajar, karena walaupun berada dibawah rata-rata kelas, nilai tersebut masih berada diatas sedang (di atas nilai 6).
3.      Prestasi yang dicapai tidak seimbang dengan tingkat intelegensi yang dimiliki. Misalnya saja seorang siswa atau mahasiswa yang prestasi belajarnya sedang-sedang saja, tetapi mempunyai tingkat intelegensi di atas rata-rata. Siswa atau mahasiswa seperti ini dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar.
4.      Perasaan siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya seorang siswa atau mahasiswa yang memang merasa mengalami kesulitan belajar, mengungkapkan kesulitan belajanya itu kepada pengajarnya, orang tuanya, guru, konselor, psikolog dan sebagainya.
5.      Kondisi kepribadian siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Seorang siswa atau mahasiswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar jika dalam proses belajar mengajar siswa atau mahasiswa tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak tenang, tidak betah diam, tidak bisa berkonsentrasi, tidak bersemangat, apatis, dan sebagainya.
Sesudah seorang siswa atau mahasiswa dipastikan mengalami kesulitan belajar, tindakan selanjutnya adalah melakukan usaha mengatasi kesulitan belajar. Usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan belajar bukanlah suatu usaha yang sederhana. Keberhasilan belajar itu ditentukan oleh banyak faktor, yang berarti bahwa kesulitan belajar itu pun banyak disebabkan oleh banyak faktor pula.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat diatasi. Sedangkan diagnostik adalah suatu proses untuk memecahkan masalah kesulitan belajar dengan cara mengamati kesulitan siswa sehingga bisa menemukan langkah-langkah untuk memecahkannya.


3.2    Pengertian Remedial Teaching
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Remedial berarti pertama, berhubungan dengan kebaikan, pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek. Kedua, remedial berarti bersifat menyembuhkan. Sedangkan teaching yang berarti “pengajaran” yang berarti:
1.      Proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
2.      Perihal, segala sesuatu mengenai mengajar.
Menurut arti katanya, remedial berarti bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat baik. Remedial Teaching adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat jadi baik.
Menurut Ischak S.W dan Warji R. dalam bukunya Remedial Teaching sebagai berikut:
“kegiatan perbaikan dalam   proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk pemberian bantuan. Yaitu pemberian bantuan dalam proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan terprogram dan disusun secara sistematis”
Menurut M. Entang:
“segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar. Faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan mengatasinya. Baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang subyektif mungkin”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa remedial teaching adalah segala bentuk usaha terprogram dan tersusun sistematis yang dilakukan untuk memperbaiki atau menyembuhkan individu yang mengalami kesulitan belajar melalui pemahaman terhadap faktor-faktor penyebab kesulitan serta membantu menemukan alternative solusi kesulitannya
3.3    Langkah-langkah Mengatasi Kesulitan Belajar
1.      Lakukan diagnosis kesulitan belajar untuk menentukan apakah seseorang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Untuk dapat menentukannya gunakan indikasi-indikasi sebagaimana yang telah diuraikan.
2.      Pahamilah kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Selanjutnya lakukan analisis terhadap siswa atau mahasiswa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang kiranya menjadi sumber kesulitan belajarnya. Mungkin kesulitan itu bersumber kepada faktor internal, atau mungkin faktor eksternal. Kesulitan belajar yang bersumber pada faktor internal, terutama pada faktor psikologis, biasanya memerlakukan suatu penanganan khusus yang mungkin saja memerlukan bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya.
3.      Setelah sumber latar belakang dan penyebab kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut dapat diketahui dengan tepat, selanjutnya tentukan pula jenis bimbingan atau bantuan yang perlu diberikan kepadanya.
4.      Sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa atau mahasiswa dan jenis bimbingan yang perlu diberikan kepadanya, tentukan pula kepada siapa kiranya ia perlu berkonsultasi. Mungkin ia perlu berkonsultasi dengan guru atau dosen bidang studi tertentu, konselor, psikologi, atau psikiater.
5.      Setelah semua langkah untuk mengatasi kesulitan belajar dilaksanakan dengan baik, lakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut  telah dapat diatasi. Evaluasi tersebut hendaknya dilakukan secara kontinu sampai kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut telah benar-benar dapat diatasi dengan tuntas, dan telah menunjukkan kesembuhan yang permanen.
6.      Apabila evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kesulitan belajar telah dapat diatasi, tindakan selanjutnya adalah melakukan perbaikan untuk meningatkan prestasi belajarnya, sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
BAB IV
ILUSTRASI KASUS LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSTIK DAN REMEDIAL KESULITAN BELAJAR

4.1    Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan  tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut :
1.      Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
2.      Mengidentifikasi  dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan,
3.      Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.
A.    Analisis Hasil Diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar yang perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh: Badu mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep  “jurnal penyesuian ”. Jurnal penyesuaian ialah jurnal yang dibuat pada akhir periode untuk menyesuaikan saldo-saldo perkiraan (akun) agar menunjukkan keadaan sebenarnya sebelum penyusunan laporan keuangan. Pemahaman tentang beban gaji yang masih harus dibayar misalnya, Badu masih kesulitan dalam menentukan akun-akun terkait dan membuat jurnal untuk akun-akun yang bersangkutan.
B.     Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam.
1.      Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
2.      Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
3.      Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua .
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Termasuk dalam lingkungan dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
Kembali kesoal Badu. Ternyata, dari hasil diagnosis diketahui bahwa ia belum memilki kecakapan memahami konteks penyesuaian, khususnya beban dibayar dimuka, pendapatan dibayar dimuka. Akibatnya, penyesuaian yang dibuat harusnya beban dibayar dimuka disamakan dengan beban saja dll.
C.    Menyusun Program Perbaikan
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Tujuan pengajaran remedial
2.      Meteri pengajaran  remedial
3.      Metode pengajaran remedial
4.      Alokasi waktu pengajaran remedial
5.      Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial
Agar lebih jelas, berikut ini penyusunan sajikan sebuah contoh program pengajaran remedial  yang sengaja dikaitkan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa  bernama Badu  seperti  dimuka .
Contoh:
Program Pengajaran Remedial
Nama siswa                                         :Badu
Kelas                                                   : 11 A2, SMA “XY” Bandung
Jenis kesulitan                                     :Menentukan akun penyesuaian pada gaji yang masih harus dibayar dan membuat jurnalnya
Tujuan Remedial                                 :Badu dapat menentukan akun-akun terkait dengan   penyesuaian gaji yang masih harus dibayar serta dapat membuat jurnal atas akun-akun tersebut
Materi Remedial                                : 1.Sebuah transaksi yang menunjukan adanya pengaruh terhadap kas, yaitu transaksi yang bersifat mengurangi. Serta penerapan pada posisi debit dan kreditnya.
2.Sebuah transaksi yang menunjukan adanya pengaruh terhadap penambahan utang dan tidak memperngaruhi kas, serta posisi debit kredit dari akun yang bersangkutan.
3.Dua buah transaksi yang disajikan untuk dinalisis, yang pertama pembayaran dilakukan diawal dan pembayaran dilakukan diakhir.
Alokasi waktu remedial                      : 90 menit
Evaluasi remedial                                 : Menggunakan instrumen tes isian untuk menganalisis transaksi-transaksi tersebut dan menjurnalnya pada kolom-kolom jurnal yang telah disediakan

D.    Melaksanakan Program Perbaikan
Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang bimbingan dan penyuluhan yang tersedia disekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.
















BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Proses memahami ciri-ciri kesulitan belajar atau disebut juga diagnostik kesulitan belajar. Merupakan pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh pengajar supaya memahami dan mengetahui sudah pada tingkatan mana siswanya dapat mengikuti proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apakah ada kesulitan yang dialami siswa namun tidak pernah diutarakan oleh siswa.
Proses yang perlu diperhatikan dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar yaitu dengan mencari dan memperoleh informasi secara benar, akurat, lengkap dan objektif. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena bagaimana bisa memperoleh keputusan yang tepat apabila informasi yang diperoleh kurang mendukung. Maka informasi yang dibutuhkan harus sangat relevan dan mendukung.
Hasil akhir dari diagnostik kesulitan belajar adalah pengambilan kesimpulan dan keputusan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Keputusan tersebut dapat diimplementasikan dalam sebuah program atau dalam pengarahan siswa harus melakukan apa. Ataupu dapat mengambil alternatif yang sesuai dengan masalah yang ada. Alternatif tersebut berupa cara dan metode pengganti dari program-program namun sesuai.
Kurang ketercapiannya tujuan pembelajaran yang dialami siswa merupakan bentuk kesulitan belajar. Suatu kependidikan yang terpadu telah menentukan taraf kualifikasi yang telah dibuat sebelumnya. Dari hal ini dapat dilihat apakah siswa telah mencapai taraf kualifikasi atau belum. Apabila belum berarti ada yang salah, mungkin bisa dari kurikulum yang kurang tepat atau masalah yang datang dari siswa sendiri yaitu kesulitan belajar.
Preoses mendiagnostik kesulitan belajar sudah ada beberapa ahli yang memukakan. Namun secara garis besar pada akhirnya proses mendiagnostik ini berkesimpulan. Bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa bisa berasal dari dalam diri siswa dan bisa berasal dari luar diri siswa.
5.2  Saran
Bagi pembaca
Untuk para pembaca yang budiman pada akhirnya bahwa keputusan dan penentuan alternatiflah yang sangat perperan penting untuk mengatisi kesulitan belajar. Maka dalam mendiagnostik kesulitan belajar harus secara bijak dan arif. Supaya hasil dan keputusan dalam mengatasi masalah tersebut bermakna dan tepat guna.
Bagi penyusun
Manusia adalah tempatnya salah maka tidak dipungkiri dalam penyusunan makalah ini terdapat salah dan kurang. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun. Dengan begitu bisa melakukan perubahan kepada kebaikan.

DAFTAR PUSTAKA


Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/07110240.pdf
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/Bimbingan_Belajar.pdf
irdasyamsi.files.wordpress.com/2012/05/kesulitan-belajar.pdf

2 komentar:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.org

    BalasHapus