BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. Tujuan pendidikan secara definitif
adalah memanusiakan manusia yang didalamnya memuat kegiatan interaksi antara
pendidik dan peserta didik yang meliputi transfer materi pembelajaran dan
pengalaman yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri.
Dalam
proses belajar mengajar tersebut yang menjadi objeknya adalah siswa atau
peserta didik. Proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan
bertujuan untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan siswanya sesuai dengan
tujuan pendidikan tersebut agar tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Terlepas
dari itu semua, untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan tersebut maka
diperlukan suatu sistem bimbingan belajar untuk mengatasi setiap permasalahan
yang menjadi sebuah kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut,
dan untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa tersebut yaitu dengan
mendiagnostik kesulitan yang dialami siswa serta melaksanakan remedial teaching
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari
uraian di atas, maka penyusun menuangkan
hal tersebut dalam makalah ini, namun dalam batasan mengenai “Langkah-langkah
operasional diagnostik dan remedial kesulitan belajar siswa”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapatdirumuskan
sebagai berikut :
a. Apa
pengertian diagnostik kesulitan belajar?
b. Apa
pengetian kesulitan belajar?
c. Apa
pengertian remedial kesulitan belajar?
d. Apa
saja langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar?
e. Apa
saja langkah-langkah remedial kesulitan belajar?
1.3
Tujuan
Penulisan Makalah
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi, menemukan dan
menganalisis satu bahasan mengenai diagnostik dan remedial kesulitan belajar.
1.4
Manfaat
Penulisan Makalah
Adapun
manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak, khususnya yaitu :
a.
Bagi
penulis
Sebagai calon guru yang
akan membimbing peserta didik, agar mengetahui siswa yang sedang mengalami
kesulitan belajar dan agar bisa mengatasai permasalahan yang menjadi kesulitan
siswa dalam proses pembelajaran.
b.
Bagi
pembaca
Penulisan makalah ini
diharapkan dapat menjadi informasi bagi para pembaca untuk menciptakan karya
tulis yang lebih baik dan bermanfaat khususnya di bidang pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Diagnostik Kesulitan Belajar
Menurut
Abin (2003:309), diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan
belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap
dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan
keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Melalui
adanya diagnostik terhadap permasalahan siswa terutama yang berkaitan dengan
proses belajar siswa dilingkungan pendidikan, maka seorang pendidik ataupun
pihak-pihak yang bersangkutan dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut,
dapat mengupayakan adanya pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada
siswa tersebut agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang
dihadapinya sehingga siswa dapat mencapai hasil yang diharapkan serta dapat
mencapai tugas perkembangannya dengan baik.
Sedangkan
menurut Thorndike dan Hagen (Abin, 2003:307), diagnostik dapat diartikan
sebagai:
a. Upaya
atau proses menemukan kelemahan atau
penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui
pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya (symptons);
b. Studi
yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik
atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan
yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau
fakta tentang suatu hal.
Dari
ketiga pengertian itu tersimpul secara implisit konsep prognosis. Pekerjaan
diagnosis bukan hanya sekedar mengidetifikasi jenis dan karakteristiknya, serta
latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga
mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemugkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Dilihat
dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan diagnostik kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan masalah
kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, sehingga
dapat mengambil kesimpulan dan keputusan untuk pemecahan masalahnya.
2.2
Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar yang dialami siswa dapat dilihat dari adanya kegagalan siswa dalam
mengikuti proses belajar, dalam mencapai hasil belajar itu sendiri. Menurut
Burton dalam Abin (2003), kegagalan didefinisikan sebagai:
a. Siswa
dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam
pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion reverenced).
b. Siswa
dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai
prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: inteligensi,
bakat).
c. Siswa
dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
perkembangan, termasuk penyesuaian social sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase
perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok social dan usia yang
bersangkutan (norm-reverenced).
d. Siswa
dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (level of mastery) yang
diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite)
bagi kelanjutan (continuity) pada
tingkat pengajaran berikutnya.
Selanjutnya Abin menyimpulkan bahwa
“seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak
berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu”. Hal tersebut
berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau
ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat
perkembangannya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kesulitan belajar merupakansuatu kondisi dimana
terdapat suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan hasil
yang diperoleh ditandai oleh
adanya hambatan tertentu.
2.3
Langkah
–
langkah
Operasional Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa
Untuk dapat memahami dimana letak kesulitan belajar siswa maka terlebih
dahulu seorang pendidik atau konselor harus mengetahui langkah – langkah
mendiagnostik kesulitan belajar siswa tersebut. Berikut ini terdapat beberapa
langkah operasional diagnostic kesulitan belajar siswa.
1.
Prosedur
dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Tahapan-tahapan
diagnosis (the level of diagnosis)
a. Who
are the pupils having trouble?
b. Where
are the errors located?
c. Why
are the errors occur?
d. What
remedies are suggested?
e. How
can errors be prevented?
Teknik
dan instrument yang digunakan dalam diagnosis menurut Burton dalam Abin
(2003:310) adalah sebagai berikut:
1. General diagnosi, menggunakan
tes baku untuk menemukan siswa yang mengalami kelemahan tertentu.
2. Analysistic
diagnostic, menggunakan tes diagnostic untuk mengetahui letak kelemahannya.
3. Psychological
diagnosis, teknik-teknik yag digunakan antara
lain:
a. Observasi
b. Analisis
karya tulis
c. Analisis
proses dan respon lisan
d. Analisis
berbagai catatan objektif
e. Wawancara
f. Pendekatan
laboratories dan klinis
g. Studi
kasus
Langkah-langkah
diagnosis yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengetahui dan
memahami apa saja karakteristik dan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kesulitan-kesulitan.
Pada
dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan diagnosis hampir sama
dengan layanan bimbingan belajar perbedaan pokoknya terlihat pada hasil akhir
bimbingan berupa perubahan pada diri siswa setelah dilakukan bimbingan
sedangkan pada diagnostik hasil akhirnya adalah pencapaian pada rekomendasi
untuk menentukan tindakan penyembuhan yang akan dilakukan.
2.
Identifikasi
Kasus Kesulitan Belajar
Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus
kesulitan belajar siswa yang harus dipahami.
1)
Menandai
siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Seorang
siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat melalui hasil ujian yang
telah dikerjakan, kita dapat dilakukan dengan memberikan batas Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) atau passing
grade dari suatu kelompok atau kelas kemudian setelah dilakukan tes ujian
dan hasil nilai telah dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan acuan criterion-referenced atau criterion norm-referenced (PAP atau
PAN), dapat dicatat kelompok maupun individu-individu yang belum bisa mencapai
batas minimum kelulusan yang dapat diduga sebagai siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
Ketika
menggunakan penilaian PAP dengan asumsi soal yang diberikan telah ada
pengembangannya sengan memenuhi syarat, langkah-langkah yang dapat ditempuh
adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan
angka kualifikas misalnya 5,5; 6 atau 7 sebagai batas lulus, atau jumlah
kesalahan minimal dengan ketentuan tergantung pada guru yang bersangkutan;
b. Bandingkan
nilai setiap siswa dengan batas lulusan
minimal yang telah ditetapkan dan catat siswa-siswa yang nilainya dibawah angka
kelulusan, siswa-siswa tersebut dapat dipastikan sebagai siswa yang memiliki
kesulitan belajar;
c. Himpun
siswa-siswa yang nilainya berada dibawah angka lulus, kemungkinan bisa sebagai
kelompok mayoritas, seimbang maupun minoritas;
d. Membuat
ranking ketika akan mengadakan prioritas layanan dengan menyelisihkan nilai
prestasi setiap siswa dengan angka kelulusan kemudian mengurutkan dari siswa
yang memiliki selisih paling besar (kesalahan paling banyak).
Dari langkah tersebut
diatas dapat kita tandai:
a) Kelas
atau kelompok sebagai kasus, penelitian dapat menunjukan ternyata mayoritas
kelas atau kelompok tersebut nilai prestasinya dibawah batas lulus;
b) Individu-individu
siswa sebagai kasus, bahwasanya hanya sebagian kecil (minoritas) dari kelas
atau kelompok yang nilainya dibawah kelulusan dan perlu adanya prioritas
bimbingan berdasarkan hasil ranking.
Dari
proses penandaan diatas maka akan dapat dengan mudah diketahui kelas. Kelompok
atau individu mana yang belum memenuhi apa yang telah ditetapkan sehingga perlu
adanya bimbingan belajar.
Berbeda
halnya ketika pengukuran didasarkan pada criterion
norm-referenced, maka nilai prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran
pembanding bagi setiap prestasi individu. Lengkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Menghitung
nilai rata-rata kelas atau kelompok dengan formula tertentu (nilai berbobot
keseluruhan dibagi dengan banyaknya jumlah anggota atau populasi kelas);
b. Menandai
siswa-siswa dengan nilai dibawah rata-rata;
c.
Membuat ranking siswa
berdasarkan selisih nilai terhadap nilai rata-rata kelasnya.
Langkah diatas akan dijadikan acuan
dalam memberikan layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
serta dapat juga dijadikan sebagai pembanding antara nilai rata-rata kelas yang
satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah
mendeteksi kesulitan belajar siswa dapat pula kita amati berdasarkan
catatan-catatan selama proses kegiatan belajar mengajar dengan beberapa catatan
tentang (1) cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya);
(2) ketekunan dalam mengikuti pelajaran (kehadiran); (3) partisipasi dalam
tugas kelompok; (4) kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya. Secara lebih
lanjut penjelasan tentang catatan proses belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan
catatan waktu belajar efektif, berkaitan dengan hal ini lembaga-lembaga
pendidikan tertentu, guru tertentu dan untuk bidang studi tertentu sudah mulai
ditetapkan waktu belajar efektif dengan alokasi waktu tertentu (misal 40-50
menit tiap mata pelajaran). Dengan ketentuan waktu belajar efektif tersebut
dapat diperoleh catatan tentang siapa saja individu atau kelompok yang biasa
terlambat dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya sehingga dapat
diidentikkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar sehingga perlu
diadakan bimbingan bagi siswa tersebut.
b. Penggunaan
catatan kehadiran dan ketidak-hadiran, melalui catatan ini siswa-siswa yang
didapati memiliki angka ketidak-hadiran tinggi (dapat juga diranking) dapat
diduga mengalami kesulitan belajar (jika tingkat kehadiran dipehitungkan dalam
penilaian).
c. Penggunaan
catatan atau bagan partisipasi (participation
chart), melalui bidang studi tertentu yang menuntut siswa untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran, misalnya menjawab pertanyaan, memberikan
sanggahan atas jawaban teman dan sebagainya. Dengan kualifikasi tertentu, kita
akan mendapat gambaran berapa banyak aktivitas atau kontribusi setiap siswa
dalam kelasnya. Kita dapat menandai mana siswa yang aktif, akomodatif dan
pasif.
d. Penggunaan
catatan dan bagan sosiometrik, dalam kondisi tertentu siswa dituntut untuk
dapat bekerjasama dan bisa saling menerima, saling percaya, dan saling
menyenangi sesama anggota dan juga pemimpinnya. Dari keadaan ini dapat
diperoleh gambaran tentang mana siswa yang banyak disenangi, dipilih oleh
teman-temannya dan mana yang tidak memilih atau dipilih dan mana yang paling
terisolasi.
2)
Melokalisasikan
dimana Letak Kesuliatan
Setelah
menemukan kelas, kelompok atau individu-individu yang diduga mengalami
kesulitan, langkah selanjutnya adalah menelaah hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam
mata pelajaran apa kesulitan itu terjadi?
b. Pada
kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu terjadi?
c. Pada
bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
d. Dalam
segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?
a) Mendeteksi
kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, dalam hal menganalisis mata
pelajaran apa yang menjadi letak siswa mengalami kesulitan, kesulitan dapat
dilihat ketika dalam mata pelajaran tertentu, kelompok maupun individu
memperoleh hasil yang lebih rendah disbanding dengan mata pelajaran - mata
pelajaran yang lainnya.
b) Mendeteksi
pada kawasan tujuan belajar dan bagian (ruang lingkup) bahan yang manakah
kesulitan itu terjadi, setiap bidang studi atau mata pelajaran tentunya
memiliki ruang lingkup bahasan/materi yang berbeda-beda sehingga tingkat
kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi satu mata pelajaran berbeda
dengan kesulitan siswa pada ruang lingkup bahasan/materi dalam mata pelajaran
yang lainnya. Kesulitan siswa dapat dilihat pada bagian mana kebanyakan siswa
mengalami kesalahan dan kegagalan dalam menjawab soal yang diberikan pada mata
pelajaran tertentu.
c) Analisis
terhadap catatan mengenai proses
belajar, catatan tentang keterlambatan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya,
catatan ketidakhadiran, kurang penyesuaian social, serta kekurangaktifannya
dalam proses belajar mengajar telah dapat menjelaskan posisi dari kasus yang
bersangkutan.
3)
Mengidentifikasi
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Loree dalam Abin
(2003:323), bahwa proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh tiga variable berikut:
1. Stimulus atau learning
variables,
a. Learning experience
variable, meliputi:
1) Method variables,
meliputi
a) Kuat
lemahnya motivasi untuk belajar;
b) Intensif
tidaknya bimbingan belajar guru;
c) Ada
tidaknya kesempatan berlatih atau berpraktik;
d) Ada
tidaknya upaya dan kesempatan
reinforcement.
2) Task Variable, meliputi:
a) Menarik
tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan;
b) Bermakna
tidaknya (meaningfulness) apa yang
dipelajari dan dilakukan;
c) Sesuai
tidaknya; panjang atau luasnya serta tigkat kesukaran apa yang harus dipelajari
dan dikerjakan.
b. Environmental
variables, iklim belajar yang bergantung pada:
a) Tersedia
tidaknya tempat atau ruangan yang memadai;
b) Cukup
tidaknya waktu, serta tepat tidaknya penggunaan waktu;
c) Tersedia
tidaknya fasilitas belajar yang memadai;
d) Harmonis
tidaknya hubungan manusiawi dilingkungan sekolah, rumah maupun lingkugan
masyarakat.
2. Organismic variables, mencakup:
a. Characteristic of the learners,
antara lain tingkat intelijensi, usia dan taraf kematangan, jenis kelamin,
kesiapan dan kematangan untuk belajar. Kelemahan-kelamahan umumnya sering
disebabkan:
1) Kurangnya
keterampilan dan kemampuan
kognitif;
2) Terbatasnya
kemampuan, menghimpun, dan mengintegrasikan informasi,
3) Kurang
gairahnya belajar karena kurang jelasnya tujuan/ inspirasi.
b. Mediating Processes,
kondisi yang lazim ada seperti inteligensi,
persepsi, motivasi, dorongan, lapar, takut, cemas, kesiapan konflik, tekanan
batin, dan sebagainya.
3. Response variables,
pengelompokan berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan:
a. Tujuan-tujuan
kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan, pemecahan masalah;
b. Tujuan-tujuan
afektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi;
c. Tujuan-tujuan
pola-pola bertindak, antara lain:
1) Keterampilan
psikomotoris, seperti menulis, mengetik, kegiatan pendidikan jasmani atau
olahraga, melukis, dan sebagainya;
2) Kompetensi-kompetensi
untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dan
sebagainya;
3) Kebiasaan-kebiasaan
berupa kebiasaan hidup sehat, keamanan, kebersihan, keberanian, disertai
kesopanan ketegasan, ketekunan, kejujuran, kerapian, keserasian, dan
sebagainya.
Menurut Burton (Abin, 2003:325) , ia mengelompokkannya secara
sederhana ke dalam dua kategori, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri siswa dan di luar diri siswa.
a. Faktor-faktor
yang terdapat dalam diri siswa, antara lain:
1. Kelemahan
secara fisik, seperti :
a) Suatu
pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat,
atau sakit sehingga sering membawa gangguan emosional;
b) Pancaindra
mungkin berkembang kurang sempurna
atau sakit sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif;
c) Ketidakseimbangan
perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering
membawa kelainan-kelainan perilaku;
d) Cacat
tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-anggota badan
sering pula membawa ketidakstabilan mental dan emosional;
e) Penyakit
menahun menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
2. Kelemahan-kelemahan
secara mental yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh
pendidikan, antara lain:
a) Kelemahan
mental
b) Tampaknya
seperti kelemahan mental tetapi sebenarnya kurang minat, kebimbangan, kurang
usaha, kurang menguasai keterampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar.
3. Kelemahan-kelemahan
emosional, antara lain :
a) Terdapat
rasa tidak aman
b) Penyesuaian
yang salah
c) Tercekam,
merasa fobia
d) Ketidakmatangan
4. Kelemahan-kelamahan
yang disebabkan oleh kebiasaan atau sikap yang salah antara lain :
a) Tidak
menentu dan kurang menaruh minat
b) Banyak
melakukan aktifitas yang bertentangan dengan sekolah
c) Kurang
berani dan gagal untuk memusatkan perhatian
d) Malas
e) Sering
bolos
f) Nervous
5. Tidak
memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan,
seperti :
a) Ketidakmampuan
membaca, menghitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi
b) Memiliki
kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah
b. Faktor-faktor
yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara lain:
1. Kurikulum
yang seragam (uniform), bahan dan
buku yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan
individu.
2. Ketidaksesuaian
standar administratif, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman
belajar-mengajar, dan sebagainya.
3. Terlalu
berat beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru).
4. Terlalu
besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan diluar, dan
sebagainya.
5. Terlalu
sering pindah sekolah atau program, atau tinggal kelas.
6. Kelemahan
dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (dasar/asal)
sebelumnya.
7. Kelemahan
yang terdapat dalam kondisi rumah tangga.
8. Terlalu
banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam
kegiatan ekstra-kulikuler.
9. Kekurangan
makanan bergizi dan sebagainya.
Bruner dan Bruner (1972) melakukan studi
terhadap masalah putus sekolah atau drop
outs di Indonesia ia menemukan kelemahan-kelemahan kultural yang
fundamental antara lain:
1. Pandangan
masyarakat (orang tua) yang salah terhadap pendidikan
2. Falsafah
hidup yang cepat puas, tidak memiliki motif berprestasi
3. Tradisi
hidup sosial dan ekonomi yang terbelakang
Cara yang dapat kita tempuh untuk
menghimpun berbagai informasi guna menemukan sumber kelemahan belajar itu
secara definitif dapat kita gunakan
bermacam-macam jalan anatar lain:
1. Untuk
membuktikan kelemahan itu bersumber pada kelemahan kemampuan dasar belajar
(intelegensi atau bakat) cara yang paling tepat ialah:
a. Tes
intelegensi
b. Tes
bakat
c. Analisis
atas catatan hasil prestasi secara historis atau komparatif
2. Untuk
membuktikan kelemahan yang ternyata bukan bersifat potensial, dapat
dipergunakan pula teknik pendekatan, antara lain:
a. Inventori
b. Skala
sikap
c. Observasi
yang terarah
d. Analisis
respon siswa
e. Analisis
hasil pekerjaan tertulis
3. Untuk
mendapatkan data dan informasi lainnya yang berkaitan dengan segi kesehatan
fisik atau psikisnya, latar
belakang
keluarga, penyesuaian sosial, dan sebagainya tentu guru dapat mengerjakan
kerjasama dengan wali kelas, guru pembimbing (konselor, dokter dsb) sehingga
kesimpulan dan tafsiran dapat kita tarik lebih lengkap dan meyakinkan baik bagi
siswa maupun bagi orang tuanya
atau pihak berkepentingan lainnya.
4)
Mengambil
Kesimpulan Dan Membuat Rekomendasi Pemecahannya
Dalam mengambil kesimpulan tidak semua siswa sama
kasus dan permasalahannya maka dari itu di kelompokan dulu baik itu kasus
individu ataupun kasus kelompok.
a. Kasus
kelompok
1. Kesimpulan
(Tentatif)
a) Kasus
dan permasalahannya
Jika mayoritas siswa
tidak dapat mencapai nilai batas
lulus dapat disimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan mengalami kasus kesulitan
belajar atau rata-rata nilai prestasi kelas tersebut dibandingkan kelas lain
yang setaraf menunjukan perbedaan yang berarti kelas tersebut patut diduga
sebagai kasus yang mengalami kesulitan belajar.
Jika ternyata kasus
tersebut terjadi pada banyak bidang studi dapat diduga bahwa letak kelemahannya
bersifat integral atau menyeluruh menyangkut keseluruhan aspek kurikulum dan
sistem pengajaran dan pengelolaan di kelas atau sekolah yang bersangkutan
tetapi kalau kelemahan itu hanya terjadi pada satu atau bidang studi tertentu,
kelemahan itu dapat dilokalisasi secara metodologis kepada sistem instruksional
yang digunakan oleh guru yang bersangkutan.
b) Sumber
dan faktor penyebab kesulitan
Ada beberapa alternatif
kesimpulan sebagai berikut:
1) Kurikulum
sebagai faktor kesulitan belajar
2) Sistem
pengajaran sebagai penyebab kesulitan belajar
3) Sistem
evaluasi sebagai penyebab kesulitan belajar
4) Keterbatasan
guru sebagai penyebab kesulitan belajar
5) Faktor
organismik dalam diri siswa sendiri sebagai penyebab kesulitan belajar
2. Perkiraan
estimasi dan sasaran kemungkinan cara pemecahannya
a) Kemungkinan
dapat tidaknya kesulitan itu dapat diatasi dua hal yang amat penting dan
dipertimbangkan yaitu:
1) Jenis
dan sumber penyebab masalahnya
2) Karakteristik
berat ringannya masalah
b) Memperhatikan
alternatif kesimpulan bahwa kalau kesulitan belajar itu dialami oleh mayoritas
siswa atau kelas secara keseluruhan, penyebabnya bermula datang dari luar diri siswa meskipun
pada akhirnya bersifat organismik pada diri siswa sendiri yang terbentuk oleh
faktor eksternal tersebut.
c) Beberapa
kemungkinan dapat diatasi sangat bergantung pada berapa banyak dan berapa dalam
sifat dan jenis permasalahan
1) Kalau
kelemahannya bersifat menyeluruh akan memerlukan
usaha pemecahan yang integral dalam waktu yang cukup lama
2) Tetapi
kalau kelemahannya hanya pada satu bidang studi saja pemecahannya mungkin hanya
bersifat didaktis dalam waktu yang terbatas atau singkat.
b. Kasus
Individual
1. Kesimpulan
(Tentatif)
a) Kasus
dengan permasalahannya
Sebagian kecil
minoritas dari siswa yang angka prestasinya tidak memadai batas lulus dan atau
lebih kecil dari rata-rata nilai prestasi kelas atau kelompoknya dapat
disimpulkan bahwa kasus tersebut hanya bersifat individual.
Permasalahannya pun
dapat disimpulkan lebih lanjut baik itu bersifat menyeluruh, segmental atau
sektoral, serta personal.
b) Sumber
dan faktor-faktor penyebabnya
1) Faktor-faktor
organistik dalam diri siswa yang menjadi penyebab kesulitan belajar, antara
lain : (a) kapasitas belajar atau tingkat kecerdasan umum siswa yang
bersangkutan diduga amat terbatas atau rendah. (b) kapasitas belajar atau bakat
khususnya dapat diduga tak sesuai atau rendah.
2) Sukar
mengubah dan sukar menyadarkan diri dengan pola-pola kebiasaan belajar yang
lebih sesuai misalnya, memulai kesalahan dalam bidang studi tertentu.
3) Sikap
kurang positif atau negatif, minat motivasi kurang kuat, penilaian rendah atau
menganggap sepele terhadap bidang studi tertentu.
4) Belum
matang untuk mengikuti pelajaran pada tingkat atau kelas tertentu.
5) Belum
menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar sebagi persyaratan untuk mengikuti
pelajaran atau tingkat pendidikan tertentu (mungkin karena transfer atau jalur
pendidikan yang berbeda).
6) Faktor-faktor
diluar diri siswa sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.
2. Perkiraan
kemungkinan dan cara mengatasinya
a) Perkiraan
kemungkinan mengatasinya
1) Kalau
kelemahan itu bersumber pada faktor hereditas atau tingkat kecerdasan atau
intelegensi dan bakat yang dapat dilakukan ialah penyaluran atau penjurusan
sesuai dengan tingkat kecerdasan atau jenis bakatnya.
2) Kalau
kelemahannya bersumber pada organismik lainnya seperti sikap, kebiasaan, minat,
atau motivasi belajar tertentu masih ada kemungkianan mengatasinya walau
memerlukan waktu yang cukup lama.
3) Kalau
kelemahannya ternyata terletak pada luar siswa dapat diperkirakan bahwa
kelemahan itu akan mungkin diatasi cepat atau lambat tergantung pada kondisi.
b) Kemungkinan
cara mengatasinya
1) Kalau
kelemahannya fatal jalan yang terbaik adalah menyalurkan siswa kepada program
yang lebih sesuai dengan tingkat kecerdasan dan jenis bakatnya.
2) Sikap
minat dan motivasi akan dapat diubah dengan jalan menciptakan, menggunakan
strategi yang inovatif.
3) Kebiasaan
juga dapat diubah dengan jalan mengadakan konditioning dan drill.
4) Kalau
sifat kelemahan itu terletak sumbernya diluar diri siswa, kiranya dapat
ditempuh cara pemecahan yang telah dipaparkan sebelumnya.
c. Rekomendasi
bagi pelaksanaan pemecahannya
Setelah
mengidentifikasi alternatif kemungkinan pemecahan selanjutnya membuat
rekomendasi alternatif tindakan yang akan ditempuh untuk melaksanakan
pemecahannya.
Rekomendasi mungkin
ditunjukan pada guru bidang studi yang bersangkutan, kalau ternyata dari
analisis menghasilkan kesimpulan bahwa alternatif pemecahan itu lebih bersifat
remedial teaching sedangkan kalau masalah dan alternatif pemecahannya
disarankan lebih bersifat konseling atau psikoterapi atau medical treatment
maka tugas guru hanya membuat referral.
Baik dalam rekomendasi atau referral
seharusnya tercantum secara lengkap singkat hal-hal sebagai berikut:
1) Deskripsi
singkat identitas kasus
2) Deskripsi
singkat disertai data informasi yang selengkap dan seakurat mungkin tentang
jenis dan sifat permasalahan
3) Deskripsi
singkat hasil diagnosis atau sumber dan faktor yang menyebabkan.
4) Hasil
kesimpulan, serta alternatif tindakan yang disarankan untuk mengatasinya
5) Hal-hal
lain yang dianggap sangat penting bagi pemecahannya
Jika
guru merasa ragu-ragu untuk mengambil kesimpulan atau keputusan maka sebaiknya
mengusahakan terselenggaranya suatu konferensi kasus.
2.4
Remedial
Kesulitan Belajar Siswa
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan
kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta
merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostic kesulitan
belajar mengajar.
Berikut ini terdapat beberapa langkah pendeskripsian fungsi,
tujuan/sasaran, dan kegiatan remedial kesulitan belajar sebagai berikut.
1.
Penelaahan kembali kasus dengan
permasalahannya
Langkah ini
merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena merupakan
landasan utama langkah – langkah kegiatan berikutnya. Sasaran pokok langkah ini
ialah:
a.
Diferennya
gambaran yang lebih definitive mengenai karakteristik kasus serta
permasalahannya
b.
Diperolehnya
gambaran lebih defintif mengenai fasibilitas alternative tindakan remedial yang
direkomendasikan
Berdasarkan hasil telaahan diatas duharapkan terjawab
pertanyaan berikut
a)
Siapa kasus yang
perlu ditangani itu?
b)
Seberapa jauh
tingkat kelemahaannya secara umum dipandang dari segi kriteria yang diharapkan?
c)
Dimanakah letak
kelamahaannya dipanadang dari ruang lingkup dan urutan bidang yang
bersangkutan?
d)
Pada tungkat dan
kawasan hasil belajar manakah kasus itu mengalami kelemahan dipandang dari
tujuan-tujuan pendidikan?
e)
Faktor manakah
merupakan penyebab utama dipandang dari segi siswa yang bersangkutan?
f)
Faktor manakah
yang mungkin menjadi penyebab utama dari kompnen instrumental input (sarana
penunjang) PBM yang bersangkutan?
g)
Faktor manakah
yang terdapat dalam lingkungan yang diduga merupakan sumber utama kesulitan?
h)
Apakah komponen
output ikut juga salah satu sebab kesulitan belajar?
i)
Apakah perkiraan
tentang kemungkinan penangannya cukup teliti dan beralasan?
j)
Apakah
alternative yang direkomendasikan?
2.
Menentukan
alternative pilihan tindakan
Langkah ini merupakan
lanjutan logis dari langkah pertama. Dari hasil penelaahan yang kita lakukan
pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok,
yaitu :
a)
Karakteristik
khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu
dari tiga kemungkinan dibawah ini :
1.
Kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam menemukan dan
mengembangkan pola/strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai, efektif
dan efisien.
2.
Kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam menemukan dan
mengembangkan pola/strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai, efektif
dan efisien itu, juga dihadapkan kepada hambatan – hambatan ego-emosional,
potensial-fungsional, sosial-psikologis dalam penyesuaian dengan dirinya dan
lingkungannya.
3.
Kasus yang
bersangkutan disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan
menemukan dan mengembangkan pola – pola strategi namun terhambat oleh
ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis dan faktor
instrumental-enviromental lainnya.
b)
Alternatif
pemecahannya, mungkin lebih strategis jika :
1.
Langsung kepada
langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial), misalnya kalau kasusnya
termasuk kategori yang pertama.
2.
Harus menempuh
dahulu langkah ketiga (layanan BK/psikoterapi) sebelum lanjut ke langkah ke 4
jika kasusnya termasuk kategori kedua atau ketiga.
3.
Layanan
bimbingan dan konseling / psikoterapi
Langkah ini pada dasarnya
bersifat pilihan bersyarat ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur
pengajaran remedial. Sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini ialah
terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbatas dari hambatan dan
ketegangan batinnya untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan
belajar secara wajar realistis.
Diantara sekian banyak
masalah kesulitan penyesuaian, yang masih dapat ditangani para guru pada
umunnya antara lain :
a)
kasus kesulitan
belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar.
b)
Kasus kesulitan
belajar yang berlatar belakang sikap negative terhadap guru, pelajaran dan
situasi belajar.
c)
Kasus kesulitan
belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah.
d)
Kasus kesulitan
belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi objektif keragaman
pribadinya dengan kondisi objektif instrumental input dan lingkungannya.
4.
Melaksanakan
pengajaran remedial
Dengan terciptanya
prakondisi seperti yang telah dijelaskan diatas langkah keempat yang harus
dilaksanakan adalah pengajarab remedial. Sasaran pokok dari setiap pengajaran
remedial ini ialah tercapainya peningkatan prestasi atau kemampuan penyesuaian
diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
5.
Mengadakan
pengukuran prestasi belajar kembali
Dengan selesainya dilakukan
pengajaran remedial maka dideteksi ada atau tidaknya perubahan pada diri kasus.
Oleh karena itu diadakan pengukuran kembali, hasilnya akan memberikan informasi
seberapa jauh atau seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti
kuantitatif maupun kualitatif.
6.
Mengadakan
re-evaluasi dan re-diagnostik
Pada akhirnya hasil pengukuran
harus ditafsirkan dan ditimbang kembali dengan mempergunakan cara dan kriteria
untuk kegiatan belajar. Hasil penafsiran dan pertimbangan ini akan membawa tiga
kemungkinan kesimpulan :
a)
Kasus menunjukan
peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya dengan mencapai kriteria
keberhasilan minimum seperti yang diharapkan.
b)
Kasus menunjukan
peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya namun masih belum
sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan minimum yang diharapkan.
c)
Kasus belum
menunjukan perubahan yang berarti, baik dalam segi prestasinya maupun dalam
kemampuan penyesuaian dirinya.
7.
Remedial
pengayaan dan atau pengukuran (tambahan)
Seperti halnya langkah
ketiga, langkah ini pun bersifat pilihan yang kondisional. Ada atau tidaknya
kesempatan pada pihak guru dan siswa daya dukung fasilitas teknis, serta sarana
penunjang yang diperlukan. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial
itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan
BAB III
PENGAYAAN
PENGAYAAN
3.1
Pengertian
Diagnostik dan Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar
seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau
setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Dari pengertian
kesulitan belajar di atas jelaslah bahwa salah satu hal yang bisa dijadikan
kriteria untuk menentukan apakah seseorang mengalami kesulitan belajar adalah
sampai sejauh mana ia terhambat dalam mencapai tujuan belajar.
Sesuai dengan kurikulum yang
berlaku, tujuan belajar mempunyai tingkta-tingkat tertentu yang harus dicapai
dalam periode (waktu) tertentu pula. Karena itu, untuk menentukan apakah
seoeang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak, diperlukan
suatu tindakan khusus yang disebut diagnosis kesulitan belajar.
Diagnosis
kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan apakah
seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak dengan cara melihat
indikasi-indikasi sebagai berikut.
1. Nilai
mata pelajaran di bawah sedang. Indikasi ini merupakan paling mudah dilihat dan
paling umum dipakai oleh siswa atau mahasiswa, pengajar dan orang tua. Jika
seorang siswa atau mahasiswa sering mendapat nilai di bawah C (cukup), dapatlah
dikatakan bahwa siswa atau mahasiswa tersebut mengalami kesulitan belajar.
2. Nilai
yang diperoleh siswa atau mahasiswa sering dibawah nilai rata-rata kelas.
Indikasi ini dapat juga menunjukkan bahwa seorang siswa atau mahasiswa
mengalami kesulitan belajar. Indikasi ini sebenarnya tidak berlaku mutlak. Di
sekolah-sekolah favorit tempat berkumpul siswa-siswa pandai, mungkin saja nilai
rata-rata kelas mencapai nilai 6,7. Siswa yang mendapat nilai 6,4 belum bisa
dipastikan mengalami kesulitan belajar, karena walaupun berada dibawah
rata-rata kelas, nilai tersebut masih berada diatas sedang (di atas nilai 6).
3. Prestasi
yang dicapai tidak seimbang dengan tingkat intelegensi yang dimiliki. Misalnya
saja seorang siswa atau mahasiswa yang prestasi belajarnya sedang-sedang saja,
tetapi mempunyai tingkat intelegensi di atas rata-rata. Siswa atau mahasiswa
seperti ini dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar.
4. Perasaan
siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya seorang siswa atau mahasiswa yang memang merasa
mengalami kesulitan belajar, mengungkapkan kesulitan belajanya itu kepada
pengajarnya, orang tuanya, guru, konselor, psikolog dan sebagainya.
5. Kondisi
kepribadian siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Seorang siswa atau
mahasiswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar jika dalam proses belajar
mengajar siswa atau mahasiswa tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak tenang,
tidak betah diam,
tidak bisa berkonsentrasi, tidak bersemangat, apatis, dan sebagainya.
Sesudah
seorang siswa atau mahasiswa dipastikan mengalami kesulitan belajar, tindakan
selanjutnya adalah melakukan usaha mengatasi kesulitan belajar. Usaha-usaha
untuk mengatasi kesulitan belajar bukanlah suatu usaha yang sederhana.
Keberhasilan belajar itu ditentukan oleh banyak faktor, yang berarti bahwa
kesulitan belajar itu pun banyak disebabkan oleh banyak faktor pula.
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu
kondisi tertentu yang yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam
mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat diatasi.
Sedangkan diagnostik adalah suatu proses untuk memecahkan masalah kesulitan
belajar dengan cara mengamati kesulitan siswa sehingga bisa menemukan
langkah-langkah untuk memecahkannya.
3.2
Pengertian
Remedial Teaching
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, Remedial berarti pertama, berhubungan dengan
kebaikan, pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek. Kedua,
remedial berarti bersifat menyembuhkan. Sedangkan teaching yang berarti
“pengajaran” yang berarti:
1. Proses
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
2. Perihal,
segala sesuatu mengenai mengajar.
Menurut
arti katanya, remedial berarti
bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat baik. Remedial Teaching adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat jadi baik.
Menurut
Ischak S.W dan Warji R. dalam bukunya Remedial Teaching sebagai berikut:
“kegiatan
perbaikan dalam proses belajar mengajar
adalah salah satu bentuk pemberian bantuan. Yaitu pemberian bantuan dalam
proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan terprogram dan disusun
secara sistematis”
Menurut
M. Entang:
“segala usaha
yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan mengatasinya. Baik
secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan
data dan informasi yang subyektif mungkin”
Dari
beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa remedial teaching adalah segala bentuk usaha terprogram dan
tersusun sistematis yang dilakukan untuk memperbaiki atau menyembuhkan individu
yang mengalami kesulitan belajar melalui pemahaman terhadap faktor-faktor
penyebab kesulitan serta membantu menemukan alternative solusi kesulitannya
3.3
Langkah-langkah
Mengatasi Kesulitan Belajar
1. Lakukan
diagnosis kesulitan belajar untuk menentukan apakah seseorang siswa atau
mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Untuk dapat menentukannya
gunakan indikasi-indikasi sebagaimana yang telah diuraikan.
2. Pahamilah
kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar.
Selanjutnya lakukan analisis terhadap siswa atau mahasiswa tersebut untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang kiranya menjadi sumber kesulitan
belajarnya. Mungkin kesulitan itu bersumber kepada faktor internal, atau
mungkin faktor
eksternal. Kesulitan belajar yang bersumber pada faktor internal, terutama pada
faktor psikologis, biasanya memerlakukan suatu penanganan khusus yang mungkin
saja memerlukan bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya.
3. Setelah
sumber latar belakang dan penyebab kesulitan belajar siswa atau mahasiswa
tersebut dapat diketahui dengan tepat, selanjutnya tentukan pula jenis
bimbingan atau bantuan yang perlu diberikan kepadanya.
4. Sesuai
dengan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa atau mahasiswa dan jenis
bimbingan yang perlu diberikan kepadanya, tentukan pula kepada siapa kiranya ia
perlu berkonsultasi. Mungkin ia perlu berkonsultasi dengan guru atau dosen
bidang studi tertentu, konselor, psikologi, atau psikiater.
5. Setelah
semua langkah untuk mengatasi kesulitan belajar dilaksanakan dengan baik,
lakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kesulitan belajar siswa atau
mahasiswa tersebut telah dapat diatasi.
Evaluasi tersebut hendaknya dilakukan secara kontinu sampai kesulitan belajar
siswa atau mahasiswa tersebut telah benar-benar dapat diatasi dengan tuntas,
dan telah menunjukkan kesembuhan yang permanen.
6. Apabila
evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kesulitan belajar telah dapat
diatasi, tindakan selanjutnya adalah melakukan perbaikan untuk meningatkan
prestasi belajarnya, sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
BAB
IV
ILUSTRASI KASUS LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSTIK DAN REMEDIAL KESULITAN BELAJAR
ILUSTRASI KASUS LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSTIK DAN REMEDIAL KESULITAN BELAJAR
4.1
Alternatif
Pemecahan Kesulitan Belajar
Banyak
alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan
untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut :
1. Menganalisis
hasil diagnosis, yakni
menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang
memerlukan perbaikan,
3. Menyusun
program perbaikan, khususnya
program remedial teaching
(pengajaran
perbaikan).
Setelah
langkah-langkah diatas selesai,
barulah
guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.
A.
Analisis
Hasil Diagnosis
Data
dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar yang
perlu dianalisis sedemikian rupa,
sehingga
jenis kesulitan khusus
yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.
Contoh: Badu mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep “jurnal penyesuian ”. Jurnal penyesuaian
ialah jurnal yang dibuat pada akhir periode untuk menyesuaikan saldo-saldo
perkiraan (akun) agar menunjukkan keadaan sebenarnya sebelum penyusunan laporan
keuangan. Pemahaman tentang beban gaji yang masih harus dibayar misalnya, Badu
masih kesulitan dalam menentukan akun-akun terkait dan membuat jurnal untuk
akun-akun yang bersangkutan.
B.
Menentukan
Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan
hasil analisis tadi, guru
diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu dianggap bermasalah dan
memerlukan perbaikan. Bidang-bidang
kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam.
1. Bidang
kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
2. Bidang
kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
3. Bidang
kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua
.
Bidang
kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik
oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus kasus tunagrahita (lemah mental) dan
kecanduan narkotika. Termasuk
dalam lingkungan dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak
berketerampilan (unskilled people).
Oleh
karenanya, para
siswa mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya
memerlukan pendidikan khusus,
tetapi
juga memerlukan perawatan khusus.
Kembali
kesoal Badu. Ternyata, dari hasil diagnosis
diketahui bahwa ia belum memilki kecakapan memahami konteks penyesuaian, khususnya beban dibayar
dimuka, pendapatan
dibayar dimuka. Akibatnya, penyesuaian yang dibuat
harusnya beban dibayar dimuka disamakan dengan beban saja dll.
C.
Menyusun
Program Perbaikan
Dalam
hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu
menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan
pengajaran remedial
2. Meteri
pengajaran remedial
3. Metode
pengajaran remedial
4. Alokasi
waktu pengajaran remedial
5. Evaluasi
kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial
Agar
lebih jelas, berikut
ini penyusunan sajikan sebuah contoh program pengajaran remedial yang sengaja dikaitkan dengan masalah yang
dihadapi oleh siswa bernama Badu seperti
dimuka .
Contoh:
Program
Pengajaran Remedial
Nama siswa :Badu
Kelas :
11 A2, SMA “XY” Bandung
Jenis kesulitan :Menentukan
akun penyesuaian pada gaji yang masih harus dibayar dan membuat jurnalnya
Tujuan Remedial :Badu dapat menentukan akun-akun
terkait dengan penyesuaian gaji yang
masih harus dibayar serta dapat membuat jurnal atas akun-akun tersebut
Materi Remedial :
1.Sebuah transaksi yang menunjukan adanya pengaruh terhadap kas, yaitu
transaksi yang bersifat mengurangi. Serta penerapan pada posisi debit dan
kreditnya.
2.Sebuah transaksi yang menunjukan adanya pengaruh terhadap
penambahan utang dan tidak memperngaruhi kas, serta posisi debit kredit dari
akun yang bersangkutan.
3.Dua
buah transaksi yang disajikan untuk dinalisis, yang pertama pembayaran
dilakukan diawal dan pembayaran dilakukan diakhir.
Alokasi waktu remedial : 90 menit
Evaluasi remedial :
Menggunakan instrumen tes isian untuk menganalisis transaksi-transaksi tersebut
dan menjurnalnya pada kolom-kolom jurnal yang telah disediakan
D.
Melaksanakan
Program Perbaikan
Pada
prinsipnya, program
pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat
penyelenggaraannya bisa dimana saja,
asal
tempat itu memungkinkan siswa memusatkan perhatiannya terhadap proses
pengajaran perbaikan tersebut.
Namun
patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang bimbingan dan penyuluhan
yang tersedia disekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses memahami ciri-ciri kesulitan belajar atau
disebut juga diagnostik kesulitan belajar. Merupakan pekerjaan yang semestinya
dilakukan oleh pengajar supaya memahami dan mengetahui sudah pada tingkatan
mana siswanya dapat mengikuti proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Apakah ada kesulitan yang dialami siswa namun tidak pernah diutarakan oleh
siswa.
Proses yang perlu diperhatikan dalam melakukan
diagnostik kesulitan belajar yaitu dengan mencari dan memperoleh informasi
secara benar, akurat, lengkap dan objektif. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena bagaimana bisa memperoleh keputusan yang tepat apabila
informasi yang diperoleh kurang mendukung. Maka informasi yang dibutuhkan harus
sangat relevan dan mendukung.
Hasil akhir dari diagnostik kesulitan belajar adalah
pengambilan kesimpulan dan keputusan bagaimana cara mengatasi permasalahan
tersebut. Keputusan tersebut dapat diimplementasikan dalam sebuah program atau
dalam pengarahan siswa harus melakukan apa. Ataupu dapat mengambil alternatif yang
sesuai dengan masalah yang ada. Alternatif tersebut berupa cara dan metode
pengganti dari program-program namun sesuai.
Kurang ketercapiannya tujuan pembelajaran yang dialami
siswa merupakan bentuk kesulitan belajar. Suatu kependidikan yang terpadu telah
menentukan taraf kualifikasi yang telah dibuat sebelumnya. Dari hal ini dapat
dilihat apakah siswa telah mencapai taraf kualifikasi atau belum. Apabila belum
berarti ada yang salah, mungkin bisa dari kurikulum yang kurang tepat atau
masalah yang datang dari siswa sendiri yaitu kesulitan belajar.
Preoses mendiagnostik kesulitan belajar sudah ada
beberapa ahli yang memukakan. Namun secara garis besar pada akhirnya proses
mendiagnostik ini berkesimpulan. Bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa
bisa berasal dari dalam diri siswa dan bisa berasal dari luar diri siswa.
5.2 Saran
Bagi pembaca
Untuk para pembaca yang budiman pada akhirnya bahwa
keputusan dan penentuan alternatiflah yang sangat perperan penting untuk
mengatisi kesulitan belajar. Maka dalam mendiagnostik kesulitan belajar harus
secara bijak dan arif. Supaya hasil dan keputusan dalam mengatasi masalah
tersebut bermakna dan tepat guna.
Bagi penyusun
Manusia adalah tempatnya
salah maka tidak dipungkiri dalam penyusunan makalah ini terdapat salah dan kurang.
Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun.
Dengan begitu bisa melakukan perubahan kepada kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/07110240.pdf
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/Bimbingan_Belajar.pdf
irdasyamsi.files.wordpress.com/2012/05/kesulitan-belajar.pdf
terima kasih
BalasHapusJOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.org